1.
Penyesuaian
Diri
Konsep
Penyesuaian Diri
Penyesuaian dapat
diartikan atau dideskripsikan sebagai adaptasi dapat mempertahankan
eksistensinya atau bisa survive dan memperoleh kesejahteraan jasmaniah
dan rohaniah, dan dapat mengadakan relasi yang memuaskan dengan tuntutan
sosial. Penyesuaian dapat juga diartikan sebagai konformitas, yang berarti
menyesuaikan sesuatu dengan standar atau prinsip. Penyesuaian sebagai
penguasaan, yaitu memiliki kemampuan untuk membuat rencana dan mengorganisasi
respons-respons sedemikian rupa, sehingga bisa mengatasi segala macam konflik,
kesulitan, dan frustrasi-frustrasi secara efisien.
Individu memiliki
kemampuan menghadapi realitas hidup dengan cara yang memenuhi syarat.
Penyesuaian sebagai penguasaan dan kematangan emosional. Kematangan emosional
maksudnya ialah secara positif memiliki responss emosional yang tepat pada
setiap situasi. Disimpulkan bahwa penyesuaian adalah usaha manusia untuk
mencapai keharmonisan pada diri sendiri dan pada lingkungannya.
Berikut adalah konsep yang berkaitan dengan pertumbuhan personal :
1. Penekanan pertumbuhan
diri
Pertumbuhan sendiri
adalah perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan
fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal pada anak yang sehat hingga
dewasa (akhir hayat) pada waktu yang normal. Pertumbuhan dapat juga diartikan
sebagai proses transmisi dari konstitusi fisik (keadaan tubuh atau keadaan
jasmaniah), yang herediter dalam bentuk proses aktif secara berkesinambungan.
Jadi, pertumbuhan berkaitan dengan perubahan kuantitatif yang menyangkut
peningkatan ukuran dan struktur biologis.
2. Variasi dalam
pertumbuhan
Tidak selamanya
individu berhasil dalam melakukan penyesuaian diri, karena kadang-kadang ada
rintangan-rintangan tertentu yang menyebabkan tidak berhasil melakukan
penyesuaian diri. Rintangan-rintangan itu mungkin terdapat dalam dirinya atau
mungkin diluar dirinya. Hal ini yang menyebabkan mengapa adanya variasi dalam
pertumbuhan.
3. Kondisi-kondisi untuk
bertumbuh
Kondisi jasmaniah
seperti pembawa dan strukrur atau konstitusi fisik dan temperamen sebagai
disposisi yang diwariskan, aspek perkembanganya secara intrinsik berkaitan erat
dengan susunan atau konstitusi tubuh. Shekdon mengemukakan bahwa terdapat
kolerasi yang tinggi antara tipe-tipe bentuk tubuh dan tipe-tipe tempramen
(Surya, 1977). Misalnya orang yang tergolong ekstomorf yaitu yang ototnya
lemah, tubuhnya rapuh, ditandai dengan sifat-sifat menahan diri, segan dalam
aktivitas sosial, dan pemilu. Karena struktur jasmaniah merupakan kondisi
primer bagi tingkah laku maka dapat diperkirakan bahwa sistem saraf, kelenjar,
dan otot merupakan faktor yang penting bagi proses penyesuaian diri. Beberapa
penelitian menunjukan bahwa gangguan dalam sisitem saraf, kelenjar, dan otot
dapat menimbulkan gejala-gejala gangguan mental, tingkah laku, dan kepribadian.
Dengan demikian, kondisi sistem tubuh yang baik merupakan syaraf bagi
tercapainya proses penyesuaian diri yang baik. Disamping itu, kesehatan dan
penyakit jasmaniah juga berhubungan dengan penyesuaian diri, kualitas
penyesuaian diri yang baik hanya dapat diperoleh dan dipelihara dalam kondisi
kesehatan jasmaniah yang baik pula. Ini berarti bahwa gangguan penyakit
jasmaniah yang diderita oleh seseorang akan mengganggu proses penyesuaian
dirinya.
4. Fenomenologi
pertumbuhan
Fenomenologi
memandang manusia hidup dalam “dunia kehidupan” yang dipersepsi dan
diinterpretasi secara subyektif. Setiap, orang mengalami dunia dengan caranya
sendiri.
Carl Roger (1961)
menyebutkan 3 aspek yang memfasilitasi pertumbuhan personal dalam suatu
hubungan :
a. Keikhlasan
kemampuan untuk menyadari perasaan sendiri, atau menyadari kenyataan.
b. Menghormati
keterpisahan dari orang lain tanpa kecuali, dan
c. Keinginan yang terus menerus untuk memahami
atau berempati terhadap orang lain.
Dalam tulisan-tulisan
carl roger terdapat fenomenologi.
1. “Tiap individu ada
dalam dunia pengalaman yang selalu berubah, dimana dia menjadi pusatnya”
2. “Individu bereaksi
terhadap medan sebagaimana medan itu dialami dan diamatinya. Bagi individu
dunia pengamatan ini adalah kenyataan (realitas)”
3. “Individu bereaksi
terhadap medan phonomenal sebagai keseluruhan yang terorganisasi (organized
whole)”
4. “Organisme mempunyai satu kecenderungan dan
dorongan dasar, yaitu mengaktualisasikan, mempertahankan, dan mengembangkan
diri.”
5. “Pada dasarnya tingkah laku itu adalah usaha
individu yang berarah tujuan (goal directed, doelgericht), yaitu untuk
memuaskan kebutuhan –kebutuhan sebagaiana dialaminya, dalam medan sebagaimana
diamatainya.”
3. Stress
# Pengertian Strees
Stress adalah bentuk ketegangan dari
fisik, psikis, emosi maupun mental. Bentuk ketegangan ini mempengaruhi kinerja
keseharian seseorang. Bahkan stress dapat membuat produktivitas menurun, rasa
sakit dan gangguan-gangguan mental.
Stress menurut Hans Selye 1976 merupakan
respon tubuh yang bersifat tidak spesifik terhadap setiap tuntutan atau beban
atasnya. Berdasarkan pengertian tersebut dapat dikatakan stress apabila
seseorang mengalami beban atau tugas yang berat tetapi orang tersebut tidak dapat
mengatasi tugas yang dibebankan itu, maka tubuh akan berespon dengan tidak
mampu terhadap tugas tersebut, sehingga orang tersebut dapat mengalami stress.
Respons atau tindakan ini termasuk respons fisiologis dan psikologis.
#
Efek-Efek Dari Stress
Secara fisiologis
stress bisa mengakibatkan perubahan pada fisik atau organ pada manusia. Akibat
ini bisa berupa perubahan dalam sistem
metabolisme manusia, meningkatkan detak jantung, membuat nafas lebih berat,
menaikkan tekanan darah, menimbulkan sakit kepala tanpa sebab, serta memicu serangan
jantung.
Secara psikologis berkaitan
erat dengan masalah kejiwaan dan emosional seseorang. Adapun akibat stress
dalam lingkup psikologis antara lain munculnya perasaan menyalahkan diri
sendiri, selau merasa tegang dan cemas secara berlebihan, sukar untuk
memusatkan pikiran, takut pada hal-hal yang tidak jelas, mudah jenuh, selalu
berprasangkan buruk, mood yang mudah drop, dan masih banyak lagi lainnya.
Biasanya efek psikologis ini muncul pada tingkatan awal stress.
Untuk lingkup
perilaku, stress bisa mengakibatkan berubahnya habit seseorang. Misalnya
produktifitas kerja yang menurun drastis, cederung susah untuk mengambil sebuah
keputusan, pola konsumsi yang terbalik dari biasanya, sukar tidur, pemilihan kata
seerta gaya bicara yang berubah, dan masih banyak lagi lainnya. Penderita
stress juga cenderung suka melamun dan seolah menarik diri dari pergaulan
sosial.
#
Faktor-Faktor
Penyebab Stress
Kejadian hidup sehari
– hari baik gembira dan sedih seperti :
a. Menikah / mempunyai anak.
b. Mulai tempat kerja baru/ pindah rumah /
emigrasi.
c. Kehilangan orang yang dicintai baik karena
meninggal atau bercerai
d. Masalah hubungan pribadi
e. Pelajaran sekolah maupun pekerjaan yang
membutuhkan jadwal waktu yang ketat,
dan atau bekerja dengan ataan yang keras dan kurang
pengertian
f. Lingkungan seperti terlalu ramai,
terlalu banyak orang atau terlalu panas dalam
rumah atau tempat
kerja
g. Masalah keuangan seperti hutan dan
pengeluaran diluar kemampuan.
h. Kurang percaya diri, pemalu
i. Perasaan negatif seperti rasa bersalah
dan tidak tahu cara pemecahannya, frustasi
j. Tidak dapat bergaul, kurang dukungan kawan.
# Tipe-Tipe Stress
1. Stres fisik
Stres fisik yang disebabkan karena keadaan fisik seperti karena temperatur yang
tinggi atau yang sangat rendah, suara yang bising, sinar matahari atau tegangan
arus listrik.
2. Stres kimiawi
Stres ini disebabkan karena zat kimia seperti adanya obat-obatan, zat beracun, asam basa, faktor hormon atau gas dan prinsipnya karena pengaruh senyawa kimia.
3. Stres mikrobiologik
Stres ini disebabkan karena kuman seperti adanya virus, bakteri atau parasit.
4. Stres fisiologik
Stres yang disebabkan karena gangguan fungsi organ tubuh di antaranya gangguan dari struktur tubuh, fungsi jaringan, organ dan lain-lain.
5. Stres proses pertumbuhan dan perkembangan
Stres yang disebabkan karena proses pertumbuhan dan perkembangan sperti pada pubertas, perkawinan dan proses lanjut usia.
6. Stres psikis atau emosional
Stres yang disebabkan karena gangguan situasi psikologis atau ketidakmampuan kondisi psikologis untuk menyesuaikan diri seperti hubungan interpersonal, sosial budaya atau faktor keagamaan.
2. Stres kimiawi
Stres ini disebabkan karena zat kimia seperti adanya obat-obatan, zat beracun, asam basa, faktor hormon atau gas dan prinsipnya karena pengaruh senyawa kimia.
3. Stres mikrobiologik
Stres ini disebabkan karena kuman seperti adanya virus, bakteri atau parasit.
4. Stres fisiologik
Stres yang disebabkan karena gangguan fungsi organ tubuh di antaranya gangguan dari struktur tubuh, fungsi jaringan, organ dan lain-lain.
5. Stres proses pertumbuhan dan perkembangan
Stres yang disebabkan karena proses pertumbuhan dan perkembangan sperti pada pubertas, perkawinan dan proses lanjut usia.
6. Stres psikis atau emosional
Stres yang disebabkan karena gangguan situasi psikologis atau ketidakmampuan kondisi psikologis untuk menyesuaikan diri seperti hubungan interpersonal, sosial budaya atau faktor keagamaan.
# Saya pernah mengalami stress
bahkan tanpa disadari saya sering mengalami stress, banyak yang menjadi faktor saya
terkena stress salah satunya karena rutinitas yang begitu padat, membosankan
dan rutinitas yang hanya itu-itu saja. Saya suka mengalami sulit tidur ketika
sedang mengalami stress, terkadang pun saya menjadi seorang yang mood swing
karena karena stress. Untuk mengatasi stress akibat kepadatan rutinitas
biasanya saya melakukan hal-hal yang saya sukai, pergi bersama teman, pergi
berlibur, atau sekedar berjalan-jalan kemall agar stress yang dialami bisa
hilang.
Sumber :
Alex Sobur,
2003. Psikoloi Umum. Bandung : Pustaka
Setia
Schultz, Duane.
(1991). Psikologi Pertumbuhan.
Yogyakarta : PT. Kanisius (Anggota IKAPI)
Semium, Yustinus (2006) Kesehatan
mental 1. Yogyakarta: PT. Kanisius
Kartini
Kartono, 2002. Psikologi Perkembangan.
Jakarta : Rineka Cipta
Hartono, A.,
dan Sunanro. 1995. Perkembangan Peserta
Didik. Jakarta: Rineka Cipta.