musik

Selasa, 24 Mei 2016

Penyesuaian Diri & Pertumbuhan



1.      Penyesuaian Diri
         Konsep Penyesuaian Diri
Penyesuaian dapat diartikan atau dideskripsikan sebagai adaptasi dapat mempertahankan eksistensinya atau bisa survive dan memperoleh kesejahteraan jasmaniah dan rohaniah, dan dapat mengadakan relasi yang memuaskan dengan tuntutan sosial. Penyesuaian dapat juga diartikan sebagai konformitas, yang berarti menyesuaikan sesuatu dengan standar atau prinsip. Penyesuaian sebagai penguasaan, yaitu memiliki kemampuan untuk membuat rencana dan mengorganisasi respons-respons sedemikian rupa, sehingga bisa mengatasi segala macam konflik, kesulitan, dan frustrasi-frustrasi secara efisien.

Individu memiliki kemampuan menghadapi realitas hidup dengan cara yang memenuhi syarat. Penyesuaian sebagai penguasaan dan kematangan emosional. Kematangan emosional maksudnya ialah secara positif memiliki responss emosional yang tepat pada setiap situasi. Disimpulkan bahwa penyesuaian adalah usaha manusia untuk mencapai keharmonisan pada diri sendiri dan pada lingkungannya.


  2.   Pertumbuhan Personal
            Berikut adalah konsep yang berkaitan dengan pertumbuhan personal :

1. Penekanan pertumbuhan diri
Pertumbuhan sendiri adalah perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal pada anak yang sehat hingga dewasa (akhir hayat) pada waktu yang normal. Pertumbuhan dapat juga diartikan sebagai proses transmisi dari konstitusi fisik (keadaan tubuh atau keadaan jasmaniah), yang herediter dalam bentuk proses aktif secara berkesinambungan. Jadi, pertumbuhan berkaitan dengan perubahan kuantitatif yang menyangkut peningkatan ukuran dan struktur biologis.
 
2. Variasi dalam pertumbuhan
Tidak selamanya individu berhasil dalam melakukan penyesuaian diri, karena kadang-kadang ada rintangan-rintangan tertentu yang menyebabkan tidak berhasil melakukan penyesuaian diri. Rintangan-rintangan itu mungkin terdapat dalam dirinya atau mungkin diluar dirinya. Hal ini yang menyebabkan mengapa adanya variasi dalam pertumbuhan.

3. Kondisi-kondisi untuk bertumbuh
Kondisi jasmaniah seperti pembawa dan strukrur atau konstitusi fisik dan temperamen sebagai disposisi yang diwariskan, aspek perkembanganya secara intrinsik berkaitan erat dengan susunan atau konstitusi tubuh. Shekdon mengemukakan bahwa terdapat kolerasi yang tinggi antara tipe-tipe bentuk tubuh dan tipe-tipe tempramen (Surya, 1977). Misalnya orang yang tergolong ekstomorf yaitu yang ototnya lemah, tubuhnya rapuh, ditandai dengan sifat-sifat menahan diri, segan dalam aktivitas sosial, dan pemilu. Karena struktur jasmaniah merupakan kondisi primer bagi tingkah laku maka dapat diperkirakan bahwa sistem saraf, kelenjar, dan otot merupakan faktor yang penting bagi proses penyesuaian diri. Beberapa penelitian menunjukan bahwa gangguan dalam sisitem saraf, kelenjar, dan otot dapat menimbulkan gejala-gejala gangguan mental, tingkah laku, dan kepribadian. Dengan demikian, kondisi sistem tubuh yang baik merupakan syaraf bagi tercapainya proses penyesuaian diri yang baik. Disamping itu, kesehatan dan penyakit jasmaniah juga berhubungan dengan penyesuaian diri, kualitas penyesuaian diri yang baik hanya dapat diperoleh dan dipelihara dalam kondisi kesehatan jasmaniah yang baik pula. Ini berarti bahwa gangguan penyakit jasmaniah yang diderita oleh seseorang akan mengganggu proses penyesuaian dirinya.

4. Fenomenologi pertumbuhan 
Fenomenologi memandang manusia hidup dalam “dunia kehidupan” yang dipersepsi dan diinterpretasi secara subyektif. Setiap, orang mengalami dunia dengan caranya sendiri. 
Carl Roger (1961) menyebutkan 3 aspek yang memfasilitasi pertumbuhan personal dalam suatu hubungan : 
a. Keikhlasan kemampuan untuk menyadari perasaan sendiri, atau menyadari kenyataan. 
b. Menghormati keterpisahan dari orang lain tanpa kecuali, dan 
c.  Keinginan yang terus menerus untuk memahami atau berempati terhadap orang lain.

Dalam tulisan-tulisan carl roger terdapat fenomenologi. 
 1. “Tiap individu ada dalam dunia pengalaman yang selalu berubah, dimana dia menjadi pusatnya” 
2. “Individu bereaksi terhadap medan sebagaimana medan itu dialami dan diamatinya. Bagi individu dunia pengamatan ini adalah kenyataan (realitas)” 
3. “Individu bereaksi terhadap medan phonomenal sebagai keseluruhan yang terorganisasi (organized whole)” 
4.  “Organisme mempunyai satu kecenderungan dan dorongan dasar, yaitu mengaktualisasikan, mempertahankan, dan mengembangkan diri.” 
5.  “Pada dasarnya tingkah laku itu adalah usaha individu yang berarah tujuan (goal directed, doelgericht), yaitu untuk memuaskan kebutuhan –kebutuhan sebagaiana dialaminya, dalam medan sebagaimana diamatainya.” 


  3.   Stress 
# Pengertian Strees
Stress adalah bentuk ketegangan dari fisik, psikis, emosi maupun mental. Bentuk ketegangan ini mempengaruhi kinerja keseharian seseorang. Bahkan stress dapat membuat produktivitas menurun, rasa sakit dan gangguan-gangguan mental.
Stress menurut Hans Selye 1976 merupakan respon tubuh yang bersifat tidak spesifik terhadap setiap tuntutan atau beban atasnya. Berdasarkan pengertian tersebut dapat dikatakan stress apabila seseorang mengalami beban atau tugas yang berat tetapi orang tersebut tidak dapat mengatasi tugas yang dibebankan itu, maka tubuh akan berespon dengan tidak mampu terhadap tugas tersebut, sehingga orang tersebut dapat mengalami stress. Respons atau tindakan ini termasuk respons fisiologis dan psikologis. 

# Efek-Efek Dari Stress 
Secara fisiologis stress bisa mengakibatkan perubahan pada fisik atau organ pada manusia. Akibat ini bisa berupa  perubahan dalam sistem metabolisme manusia, meningkatkan detak jantung, membuat nafas lebih berat, menaikkan tekanan darah, menimbulkan sakit kepala tanpa sebab, serta memicu serangan jantung. 
Secara psikologis berkaitan erat dengan masalah kejiwaan dan emosional seseorang. Adapun akibat stress dalam lingkup psikologis antara lain munculnya perasaan menyalahkan diri sendiri, selau merasa tegang dan cemas secara berlebihan, sukar untuk memusatkan pikiran, takut pada hal-hal yang tidak jelas, mudah jenuh, selalu berprasangkan buruk, mood yang mudah drop, dan masih banyak lagi lainnya. Biasanya efek psikologis ini muncul pada tingkatan awal stress. 
Untuk lingkup perilaku, stress bisa mengakibatkan berubahnya habit seseorang. Misalnya produktifitas kerja yang menurun drastis, cederung susah untuk mengambil sebuah keputusan, pola konsumsi yang terbalik dari biasanya, sukar tidur, pemilihan kata seerta gaya bicara yang berubah, dan masih banyak lagi lainnya. Penderita stress juga cenderung suka melamun dan seolah menarik diri dari pergaulan sosial.  

# Faktor-Faktor Penyebab Stress 
Kejadian hidup sehari – hari baik gembira dan sedih seperti : 
   a.     Menikah / mempunyai anak. 
   b.     Mulai tempat kerja baru/ pindah rumah / emigrasi. 
   c.     Kehilangan orang yang dicintai baik karena meninggal atau bercerai 
   d.     Masalah hubungan pribadi 
   e.     Pelajaran sekolah maupun pekerjaan yang membutuhkan jadwal waktu yang ketat,
           dan atau bekerja dengan ataan yang keras dan kurang pengertian 
   f.      Lingkungan seperti terlalu ramai, terlalu banyak orang atau terlalu panas dalam 
           rumah atau tempat kerja 
   g.     Masalah keuangan seperti hutan dan pengeluaran diluar kemampuan.
   h.     Kurang percaya diri, pemalu 
   i.      Perasaan negatif seperti rasa bersalah dan tidak tahu cara pemecahannya, frustasi
   j.      Tidak dapat bergaul, kurang dukungan kawan.

# Tipe-Tipe Stress
1. Stres fisik
Stres fisik yang disebabkan karena keadaan fisik seperti karena temperatur yang tinggi atau yang sangat rendah, suara yang bising, sinar matahari atau tegangan arus listrik.
2. Stres kimiawi
Stres ini disebabkan karena zat kimia seperti adanya obat-obatan, zat beracun, asam basa, faktor hormon atau gas dan prinsipnya karena pengaruh senyawa kimia.
3. Stres mikrobiologik
Stres ini disebabkan karena kuman seperti adanya virus, bakteri atau parasit.
4. Stres fisiologik
Stres yang disebabkan karena gangguan fungsi organ tubuh di antaranya gangguan dari struktur tubuh, fungsi jaringan, organ dan lain-lain.
5. Stres proses pertumbuhan dan perkembangan
Stres yang disebabkan karena proses pertumbuhan dan perkembangan sperti pada pubertas, perkawinan dan proses lanjut usia.
6. Stres psikis atau emosional
Stres yang disebabkan karena gangguan situasi psikologis atau ketidakmampuan kondisi psikologis untuk menyesuaikan diri seperti hubungan interpersonal, sosial budaya atau faktor keagamaan.

# Saya pernah mengalami stress bahkan tanpa disadari saya sering mengalami stress, banyak yang menjadi faktor saya terkena stress salah satunya karena rutinitas yang begitu padat, membosankan dan rutinitas yang hanya itu-itu saja. Saya suka mengalami sulit tidur ketika sedang mengalami stress, terkadang pun saya menjadi seorang yang mood swing karena karena stress. Untuk mengatasi stress akibat kepadatan rutinitas biasanya saya melakukan hal-hal yang saya sukai, pergi bersama teman, pergi berlibur, atau sekedar berjalan-jalan kemall agar stress yang dialami bisa hilang.


Sumber :
Alex Sobur, 2003. Psikoloi Umum. Bandung : Pustaka Setia
Schultz, Duane. (1991). Psikologi Pertumbuhan. Yogyakarta : PT. Kanisius (Anggota IKAPI)
Semium, Yustinus (2006) Kesehatan mental 1. Yogyakarta: PT. Kanisius
Kartini Kartono, 2002. Psikologi Perkembangan. Jakarta : Rineka Cipta
Hartono, A., dan Sunanro. 1995. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta.